Kamis, 08 Oktober 2015

Deteksi Dini Kanker Serviks


Semakin hari semakin besar angka kejadian kasus kanker serviks di Indonesia. Kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian  terbesar dari jenis kanker yang menyerang wanita. Faktor penyebab kanker leher rahim adalah infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus), yang merupakan penyakit menular seksual yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini jarang menimbulkan gejala yang dapat dikenali, karenanya banyak orang yang sedikit mengetahui dirinya telah terinfeksi. Pap smear sering dihubungkan dengan kejadian kanker serviks atau kanker leher rahim karena tes ini merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mendeteksi adanya pertumbuhan  sel abnormal penyebab kanker serviks.
Pemeriksaan pap smear adalah metode screening terhadap penyakit kanker serviks yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada leher rahim (serviks) menggunakan alat (speculum) kemudian diambil sampel untuk diteliti dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini lebih diutamakan pada wanita yang sudah melakukan hubungan seksual. Bahkan bagi wanita yang pernah
melakukan hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak seksual pertama kali wajib melakukan pemeriksaan pap smear. Meskipun pap smear hanya merupakan metode screening yang fungsinya untuk mencegah kanker serviks namun dengan metode ini mampu mendeteksi lebih dari 90% kanker leher rahim tahap awal yang masih mungkin untuk disembuhkan.
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan pemberian vaksinasi HPV sebelum aktif seksual, pap smear, bagi yang sudah aktif sexual umur 21 hingga 29 tahun, lakukan pemeriksaan Pap smear rutin setiap satu atau 2 tahun sekali.

Dari umur 30 hingga 69 tahun, Pemeriksaan Pap setiap 2 atau 3 tahun jika pasien memiliki 3 kali berurutan pemeriksaan Pap yang normal.
Bila umur 70 keatas, jika 3 pemeriksaan Pap Smear negatif maka Pap smear sudah dapat dihentikan. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar